Rabu, 07 September 2016

3 Amalan Unggulan Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

(Izzahmuslim.com) – Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (SAW) adalah rasul yang diutus oleh Allah sebagai rasul akhir zaman. Karenanya beliau adalah penutup seluruh para anbiya’ wal mursalin. Dan barang tentu, umat ini adalah umat akhir zaman dikarenakan beliau SAW diutus sebagai rasul yang terakhir.
Sumber : https://stocksnap.io/photo/TPTJIV7I22

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi…”. (QS. Al-Ahzab 33 : 40)

بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ، وَيُشِيرُ بِإِصْبَعَيْهِ فَيَمُدُّ هُمَا.

“Jarak diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau memberikan isyarat dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya”. (HR. Bukhari)

 بعثت بين يدي الساعة بالسيف

“Aku diutus diakhir zaman(menjelang hari kiamat)dengan pedang”. (HR. Muslim)

بُعِثْتُ فيِ نَسْمِ السَّاعَةِ.

“Aku diutus pada awal hembusan angin Kiamat (awal tanda-tanda Kiamat)”. (HR. Al-Hakim)

Sedangkan sesuatu yang akhir, biasanya identik dengan sesuatu yang paling buruk atau paling baik. Begitulah gambaran umat akhir zaman ini. Mereka diutus dengan rasul terbaik yaitu Rasulullah SAW, maka diantara mereka ada yang menjadi sebaik-baik umat, dan ada pula yang sebaliknya yakni menjadi umat yang paling buruk sepanjang masa.

Tentunya menjadi sebaik-baik umat dari seluruh umat tidak datang dengan instan dan begitu saja. Akan tetapi hal itu didahului dengan proses keteguhan dan kesabaran iman. Yaa, keteguhan untuk mengamalkan dan memperjuangkan syari’at Allah serta kesabaran terhadap ujian dan kesulitan didalamnya.

Begitu juga halnya menjadi seburuk-buruk umat, tentunya tidak menimpa suatu kaum begitu saja, melainkan melaluai proses keterpurukan dan penyepelean terhadap sesuatu yang cukup panjang. Yaa, keterpurukan karena dengan mudahnya meninggalkan syari’at Islam dan penyepelean karena hilangnya kemauan untuk kembali kepada syari’at Islam.

Sungguh umat akhir zaman ini memiliki hal khusus yang kadang tidak dimiliki pada umat-umat sebelumnya. Hal itulah yang menjadikan umat ini menjadi umat unggulan meskipun di akhir zaman, hal itu pulalah yang mampu meredam dahsyat dan ganasnya fitnah-fitnah di zaman akhir ini.

Lalu amalan unggulan apakah sebenarnya yang menjadikan umat Muhammad menjadi sebaik-baik umat (khairul-ummah)?

Kalau amalan unggulan itu adalah sholat, tentu umat sebelumnya juga mendirikan sholat, bahkan diantara mereka ada yang diperintahkan sholat 50 waktu dalam satu hari satu malam. Jika amalan unggulan itu adalah shiyam (puasa), tentu umat sebelumnya juga melaksanakan shiyam, bahkan Nabi Daud dan umatnya menjalankan puasa sehari dan sehari lagi berbuka, yang kemudian diberi nama puasa Daud.

Jika amalan unggulan itu adalah haji, maka sungguh umat sebelumnya juga diperintahkan untuk berhaji, dan bahkan Ka’bah yang menjadi pusat haji telah didirikan sejak zaman Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Bahkan beliau sendirilah yang mendirikannya. Lalu apakah amalan-amalan unggulan tersebut..?

    Dakwah Tauhid

Dakwah tauhid ini adalah tugas utama para rasul, sehingga semua rasul itu mengajak dan memerintahkan umatnya untuk bertauhid dengan memurnikan peribadahan hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT).

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ..

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut…”. (QS. An-Nahl 16 : 36)

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu(Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al-Anbiya’ 21 : 25)

Dakwah tauhid ini menjadi amalan unggulan umat akhir zaman dikarenakan ia adalah tugas utama para rasul, dan bahkan tidak ada satu rasul pun yang memulai dakwahnya kecuali dengan dakwah tauhid. Dengan dakwah tauhid inilah Allah mengeluarkan manusia dari gelapnya kesyirikan menuju cahaya Islam, dan dari rusaknya kejahiliyahan menuju indahnya iman.

Maka, hari ini tidak ada solusi yang lebih tepat untuk memperbaiki umat dari ganasnya berbagai fitnah akhir zaman kecuali dengan menggencarkan dakwah tauhid ditengah umat. Hal ini karena tauhid adalah kunci keselamatan, tauhid adalah kunci kebahagiaan, tauhid adalah kunci kemenangan, dan bahkan tauhid adalah kunci keislaman dan keimanan.

Maka sungguh dusta besar orang yang mengaku mengajak kepada kebaikan, akan tetapi tidak memulai ajakannya dengan tauhid, lalu menggadaikan aqidah tauhid dengan alasan untuk siyasah, dan bahkan rela menyembunyikan tauhid demi maslahat nafsunya. Wal’-iyadzubillah..

Ketauhilah wahai umat Islam, sebuah dakwah yang tidak didasari dengan tauhid, hanya akan melahirkan bibit-bibit kemunafikan. Maka kita saksikan hari ini, lebih khusus di negeri kita, banyaknya dakwah dan du’atnya seolah-olah tidak ada gunanya, dan yang ada justru semakin merebaknya bencana, mulai dari bencana kesyirikan, kemurtadan, kemaksiatan, kebid’ahan dan kemungkaran.

Maka demi Allah, selamanya dakwah itu tidak akan menjadi furqon (pembeda antara haq dan bathil) kecuali dimulai dan didasari dengan dakwah tauhid. Sebab dengan dakwah tauhid itulah akan nampak kesyirikan, kemurtadan, kemaksiatan dan juga kemunafikan.

Karena sebuah kesyirikan itu tidak bisa nampak hanya dengan amalan sholat, zakat ataupun puasa, karena pada hari inipun banyak orang musyrik yang melakukan sholat. Akan tetapi kesyirikan dan berbagai macam syahwat maupun syubhat akan nampak dengan tauhid, akan nampak dengan pengabdian yang murni hanya kepada Allah serta berlepas diri dari semua peribadahan dan ketundukan kepada selain Allah.

Kemudian diantara keistimewaan dakwah tauhid ini, akan selalu melahirkan permusuhan. Permusuhan dari para Thaghut dan orang-orang munafiq penolak kebenaran. Maka saksikanlah siapa yang mendakwahkan selain tauhid seperti ajakan sholat, zakat, haji dan lain-lain pasti akan diberi kelonggaran. Sedangkan siapa saja yang mendahwahkan tauhid, maka yang muncul adalah permusuhan, pemenjaraan, dan juga pembunuhan. Tapi ingatlah, inilah sunnah nabi kalian, Nabi Muhammad SAW.

}وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ

وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ {[سورة الأنفال: 30]

“Ingatlah ketika orang-orang Kafir membuat makar (konspirasi) terhadapmu untuk menangkap, membunuh, atau mengusirmu. Mereka membuat konspirasi dan Allah menggagalkan konspirasi mereka. Allah adalah sebaik-baik pembuat konspirasi”. (QS. Al-Anfal 8 : 30)

Paman ummul Mukminin, Khadijah radhiyallahu ‘anha, yaitu Qaraqah bin Naufal juga pernah menyampaikan kepada Rasulullah:

ما جاء بمثل ما جئت به إلا وقد عودي

“Tidaklah orang berpegang teguh dengan apa yg engkau bawa (tauhid), kecuali pasti akan dimusuhi”. Inilah keutamaan dan juga keunggulan dakwah tauhid bagi umat akhir zaman.

    Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Berbicara masalah akhir zaman, maka kita tidak akan lepas dari apa yang digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dimana di akhir zaman akan kembali merebak kerusakan, kejahiliyahan, dan merebaknya kesyirikan. Rasulullah bersabda,

” لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكيِنَ ، وَحَتَّى يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ..

“Tidak akan terjadi hari kiamat,sampai golongan ummatku kembali berbaur dengan kaum musyrikin,dan sampai mereka kembali beribadah kepada berhala”. (Hadits Shahih Riwayat Muslim dari Qutaibah)

Selain itu akan terjadi pula merajarelanya kemungkaran dan kemaksiatan,

ليكونن من أمتي أقوام ، يستحلون الحر والحرير ، والخمر والمعازف.

“Sungguh akan terjadi pada ummutku,suatu kaum yang menyebarluaskam(menghalalkan) zina,sutra,khamr dan musik”. (HR. Bukhari)

Selain itu akan terjadi pula bertebarannya para da’i penyeru neraka jahannam,

فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرِّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا

“Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab : ”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka”. Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka kepada kami?”. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab : “Mereka dari kulit-kulit atau golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita”. (HR. Ahmad dari Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu)

Beginilah kurang lebih sekelumit gambaran kehidupan akhir zaman dari Rasulullah. Dan kalau kita perhatikan zaman dan lingkungan kita, seakan-akan inilah zaman yang telah beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam gambarkan. Di mana, praktek kesyirikan sudah menjadi kebudayaan, mulai dari syirik undang-undang, syirik kuburan, hingga syirik percintaan, begitu pula kebid’ahan. Dan kemungkaran seolah-olah adalah hal yang harus dilestarikan. Para da’i setan berjenis manusia pun bermunculan yang dianggap sebagai pembawa keselamatan.

Subhanallah,, ketauhilah yaa ikhwah, ini adalah ujian bagi kita sebagai umat yang diamanahkan untuk bertemu dengan ganasnya fitnah akhir zaman. Maka untuk mencegah berbagai bentuk kemungkaran itulah, Allah menurunkan syari’at amar ma’ruf dan nahi munkar ditengah-tengah orang beriman.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Imran 3 : 104)

Bahkan Allah menyebutkan bahwa suatu umat akan menjadi umat terbaik, ketika umat tersebut mau menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Allah berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imran 3 : 110)

Maa shaa Allah, keimanan serta kebaikan adalah dengan mencegah dari kemunkaran. Sedangkan kefasikan serta kerusakan adalah dengan diam dan acuh tak acuh terhadap kemunkaran. Rasulullah bersabda,

من رأى منكم منكرا فليغيره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع فبقلبه ، وذلك أضعف الإيمان ) رواه مسلم .

“Barang siapa diantara kalian yang melihat suatu kemungkaran,maka hendaklah ia merubah dengan tangannya,jika ia tidak mampu,maka dengan lisannya,jika ia juga tidak mampu maka dengan hatinya,dan ini adalah selemah lemahnya iman”. (HR. Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)

Yaa, bukti lemahnya iman adalah minimal mengingkari kemungkaran dengan hatinya, dengan tidak mendekat atau berada ditempat mungkar tersebut, yang seolah-olah tidak ada iman setelahnya. Dengan amar ma’ruf dan nahi munkar ini pula, Allah menunda turunnya adzab dan murka.

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ

“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu), maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut), akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahîhul Jâmi’)

Akan tetapi di zaman yang berjubel kemungkaran didalamnya ini, masih saja ada orang yang mengaku beriman justru acuh tak acuh untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Ada juga yang mengaku pengusung syari’at amar ma’ruf nahi munkar, tapi justru malah menjadi pelopor suksesnya berbagai kemungkaran dan kemaksiatan. Ma’adzanallah..

Apakah kita akan tetap acuh tak acuh terhadap kemungkaran, sedangkan Allah mengancam dengan adzab dan laknat..?? Allah berfirman,

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

“Orang-orang Kafir dari Bani Israil telah dilaknat dengan lisan Dâwud dan Isa putera Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampauhi batas. Mereka satu sama lain senantiasa tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu”. (QS. Al Maa-idah5 : 78-79)

Dalam ayat pertama Allah Azza wa Jalla menyebutkan jauhnya orang-orang Kafir Bani Israil dari rahmat Allah Azza wa Jalla. Hal itu sebagai bentuk hukuman bagi mereka dikarenakan kedurhakaan dan pelanggaran mereka atas batasan-batasan Allah Azza wa Jalla dan hak-hak orang lain. Karena sesungguhnya setiap amal perbuatan pastilah akan ada ganjarannya.

Kemudian dalam ayat selanjutnya Allah Azza wa Jalla mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman perihal kemaksiatan yang menyebabkan mereka (orang-orang Kafir itu) tertimpa dengan hukuman tersebut. Yaitu mereka melakukan kemungkaran dan tiadalah seorang pun dari mereka yang mencegah saudaranya dari kemaksiatan yang dilakukan. Maka, para pelaku kemungkaran dan orang yang membiarkannya mendapatkan hukuman yang sama.

Maka demi Allah wahai kaum mukminin, tegakkanlah amar ma’ruf nahi munkar karena ia adalah jalan keselamatan didunia dan akhirat. Dan janganlah sekali-kali ditinggalkannya karena meninggalkannya adalah pintu berbagai keburukan.

    Jihad Fie Sabilillah

Jihad di jalan Allah adalah salah satu ibadah yang sangat dicintai oleh Allah Azza wa Jalla dan pahalanya tidak bisa ditandingi dengan amal ibadah apapun. Karenanya, tidak ada ibadah yang lebih berat dirasakan oleh jiwa ini melebihi ibadah jihad (berperang di jalan Allah). Karena jihad atau qital (perang) adalah puncaknya ibadah di dalam Islam. Rasulullah bersabda,

أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ اْلأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ اْلجِهَادُ..

“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang pokok urusan, tiangnya, dan puncaknya?’ Aku menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Pokok segala urusan ialah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya ialah jihad..”. (HR. Tirmidzi, hadits hasan shahih)

Karena itu, sungguh aneh orang-orang yang memaknai jihad menurut hawa nafsunya, sehingga menimbulkan prasangka bahwa dirinya telah berjihad, serta meninggalkan makna jihad yang sebenarnya.

Ketauhilah bahwa makna “Jihad Fie Sabilillah” didalam Al-Qur’an maupun sunnah Rasullulah adalah bermakna perang.

Dari Amru bin ‘Anbasah radhiyallaahu ‘anhu berkata, ada seorang laki-laki bertanya, “Hijrah apa yang paling utama?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab, “Jihad.” Dia bertanya lagi, “Apa itu jihad?” beliau menjawab, “Engkau memerangi orang Kafir apabila engkau bertemu dengannya.” Dia bertanya lagi, “Jihad apa yang paling utama?” Beliau menjwab, “Siapa yang mengorbankan seluruh hartanya dan dialirkan darahnya”. (Disebutkan secara ringkas dari hadits shahih yang panjang yang marfu’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Imam al-Shan’ani berkata, Jihad adalah bentuk masdar dari jaahadta jihaadan, yang artinya telah sampai pada puncak bersusah-susah. Ini adalah makna lughawi. Sedangkan menurut syar’i, jihad berarti “Mengerahkan seluruh kemampuan/kesungguhan dalam memerangi orang Kafir atau pemberontak”. (Subulus Salam : IV/41)

Ibnu Rusyd berkata, “Setiap orang yang mencapekkan dirinya dalam beribadah kepada Allah, sungguh telah berjihad di jalan-Nya. Hanya saja, bahwa jihad fie sabilillah apabila disebutkan secara global tidak berlaku kecuali pada memerangi orang-orang Kafir dengan pedang sehingga mereka masuk Islam atau menyerahkan jizyah”. (Lihat ‘Umdah al Fiqh hal. 166 dan Muntaha al-Iradaat: I/302)

Ibnu Najam al-Hanafi berkata, “Jihad adalah menyeru kepada agama al-Haq (Islam) dan berperang terhadap orang yang tidak mau menerima (menyambut seruan) dengan jiwa atau harta”. (Al-Bahru al-Raa’iq: V/76 juga dalam Fathul Qadiir milik Ibnu Hammam: V/187)

Imam al-Syairazi  berkata, “Jihad adalah qital (perang)”. (Al-Muhadzab: II/227)

Ibnu ‘Arafah al-Maliki berkata, “Jihad adalah perangnya orang Islam terhadap orang Kafir yang tidak memiliki ikatan perjanjian, untuk meninggikan kalimat Allah atau bertemu dengannya (di medan perang) atau dia memasuki negerinya (orang Muslim)”. (Haasyiyah Al-Banani ‘ala Syarah khalil II/106).

Maka tidak diragukan lagi bahwa memerangi musuh-musuh Allah dari kalangan Kafirin, musyrikin, murtadin dan munafiqin adalah ibadah yang paling mulia serta puncaknya amalan di dalam Islam. Karena memang tidak ada ibadah yang lebih berat dalam Islam melebihi qital (perang). Dan tidak ada ibadah yang paling besar rasa takutnya melebihi qital. Dan tidak ada pula ibadah yang paling dibenci oleh nafsu dari pada perang. Oleh sebab itu, jihad disebut sebagai puncak kesungguhan dan kepayahan didalam Islam.

Akan tetapi ketauhilah, bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya orang-orang beriman bahwa ibadah jihad ini wajib ditegakkan oleh setiap individu orang beriman yang memilki kemampuan.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (216) }

“Diwajibkan atas kalian berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian; dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui”. (QS. Al-Baqarah 2 : 216)

Allah mewajibkan jihad kepada kaum Muslimin demi mempertahankan agama Islam dari kejahatan musuh-musuhnya. Az-Zuhri mengatakan bahwa jihad itu wajib atas setiap orang, baik ia ahli dalam berperang ataupun tidak. Bagi orang yang tidak biasa berperang, apabila diminta bantuannya untuk keperluan jihad, maka ia harus membantu. Dan apabila dimintai pertolongannya, maka ia harus menolong. Apabila diminta untuk berangkat berjihad, maka ia harus berangkat;.

Dan tidaklah seseorang enggan berjihad atau tidak memiliki kerinduan untuk berjihad melainkan pasti didalam dirinya ada kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,

“مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ، وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِغَزْوٍ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً”

“Barang siapa yang meninggal dunia, sedangkan dia belum pernah berperang (berjihad) dan tiada pula keinginan dalam hatinya untuk berperang, maka ia mati dalam keadaan mati jahiliyah”. (HR. Muslim)

Maka jelaslah, dilecehkannya syari’at Allah dan dihinakannya sunnah-sunnah Rasulullah dan dibantainya kaum Muslimin oleh musuh-musuh Allah tidak akan mampu dihentikan kecuali dengan Jihad Fie sabilillah. Dan munculnya berbagai bencana tadi dikarenakan meninggalkan jihad. Sungguh tidak ada kehinanaan lebih besar yang akan menimpa orang-orang beriman melebihi kehinanaan meninggalkan jihad. Rasulullah bersabda,

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُـمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ شَيْئٌ حَتَّى تَرْجِعُواْ إِلَى دِيْنِكُمْ.

“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada ekor sapi, kalian ridha dengan hasil tanaman dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari kalian) sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (HR. Abu Dawud dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)

Kettahuilah wahai umat Islam, kehinanaan itu tidak akan Allah cabut sampai kaum Muslimin kembali lagi mengangkat panji jihad.

Sayyid Quthb rahimahullah berkata: “Suatu umat yang meninggalkan jihad, ibarat air menggenang yang tidak mengalir, dimana berbagai macam kuman dan penyakit bersarang didalamnya”.

Sungguh inilah gambaran suatu kaum yang duduk duduk dari jihad yang pasti berbagai virus kemungkaran bersarang ditengah-tengah mereka. Demikian tadi amalan-amalan unggulan yang hendaknya kita tegakkan sebagai penepis dahsyatnya fitnah akhir zaman. Wallahu A’lam..

Oleh: Ustadz Qutaibah
Load disqus comments

0 komentar