Selasa, 27 September 2016

Muslim Harus Percaya Bahwa Takdir Allah yang Baik & Buruk Itu Baik Untuk Manusia

(Izzahmuslim.com) – Pembaca situs media online Izzahmuslim.com rahimakumullah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya, khususnya manusia sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-Nya.

Sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang terjadi didunia ini melainkan atas kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan kehendak Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan usaha dari seorang hamba-Nya.
Sumber : https://stocksnap.io/photo/P9S6G695H5

Banyak diantara kaum Muslimin mengenal rukun iman tanpa mengetahui makna dan hikmah yang terkandung didalam keenam rukun iman tersebut. Salah satunya adalah iman kepada takdir Allah. Tidak semua orang yang mengenal iman kepada takdir, mengetahui hikmah dibalik beriman kepada takdir dan bagaimana mengimani takdir. Untuk itu, seorang Muslim harus mengetahui tentang hakikat iman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.

Pembaca situs media online Izzahmuslim.com rahimakumullah, takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh Allah Ta’ala dan telah dituliskan oleh al-qalam (pena) dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman. (Terjemahan Al Wajiiz fii ‘Aqidatis Salafish Shalih Ahlis Sunnah wal Jama’ah, hal. 95)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga telah menentukan segala perkara untuk semua makhluk-Nya, khususnya makhluq yang paling sempurna, yakni manusia sesuai dengan ilmu Allah Ta’ala yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-Nya.

Sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang terjadi didunia ini melainkan atas kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Untuk itu, bila Allah mentakdirkan hal baik bagi dirinya, itu adalah sebuah ujian kenikmatan, apakah ia akan bersyukur atau kufur. Sedangkan jika Allah takdirkan suatu hal yang buruk, maka hal itu adalah sebuah ujian agar hamba tersebut bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dan mengingatkan akan maksiat yang sudah dilakukannya agar ia tinggalkan dengan segera. Allah Ta’ala berfirman,

إنا كل شىء خلقنه بقدر

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar 54 : 49)

وخلق كـل شىء فقدره, تقديرا

“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqan 25 : 2)

وإن من شىء إلا عنده بمقدار

“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (QS. Al-Hijr 15 : 21)

Mengimani takdir baik dan takdir buruk, merupakan salah satu rukun iman dan prinsip ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga dia beriman kepada takdir, yaitu dia mengikrarkan dan meyakini dengan keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu berlaku atas ketentuan (qadha’) dan takdir (qadar) Allah, dan keduanya merupakan perkara yang baik bagi manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأه لم يكن ليصيبه

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.” (Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata: ‘Sanad hadits ini shahih.’ Lihat juga Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah (no. 2439), karya Syaikh Albani rahimahullah)

Malaikat Jibril ‘alaihissalam pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai iman, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الإيمان أن تؤ من با لله وملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الا خر وتؤ من بالقدرخيره وشره

“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang baik maupun yang buruk.” (Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya di kitab al-Iman wal Islam wal Ihsan (VIII/1, IX/5))

Dan sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كل شيء بقدر حتى العجز والكيسز

“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampai kelemahan dan kepintaran.” (Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (IV/2045), Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/452), Ibnu Majah dalam Sunan-nya (I/32), dan al-Hakim dalam al-Mustadrak, I/23)

Pembaca situs media online Izzahmuslim.com rahimakumullah, untuk itu jika sesuatu ditakdir menjadi milik kita dengan berbekal usaha yang cuma sedikit, maka sudah mampu untuk diraih dengan mudah. Namun, jika sesuatu itu bukanlah ditakdirkan menjadi milik kita, perancangan paling besar yang kita lakukan pun tidak mampu menandingi takdir Ilahi, sudah pasti kita tidak akan bisa memilikinya.

Namun yang perlu dicatat dan di ingat adalah, dalam meraih segala sesuatu hendaknya seorang  hamba meraihnya berdasarkan ketentuan syariat yang sudah Allah tetapkan dan jangan sampai melanggar syariat-Nya. Sebab segala yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Dan apa yang Allah Karuniakan kepada kita, itulah rezeki kita dari-Nya, maka bersyukurlah.

Jangan bersedih dengan apa yang saat ini bukan menjadi milik kita. Allah tidak mengizinkannya karena Allah lebih tahu bahwa kita berhak memiliki yang lain. Dalam hal ini, Allah sedang menilai kesabaran kita dan jika kita bersabar tentunya ada anugerah dari-Nya buat kita. Namun jika kita melanggar syariat-Nya dan lebih mengedepankan naafsu syahwat yang ada pada diri kita, maka murka dan azab Allah sudah pasti menanti kita.

Terkadang, cinta yang menghinggapi hati manusia juga suatu ujian. Dihadirkannya perasaan cinta itu adalah bentuk ujian apakah kita betul-betul mau mengikuti syariat-Nya, atau justru melakukan maksiat dengan melanggar syariat-Nya. Percayalah bahwa jika sesuatu yang ditakdirkan itu betul-betul untuk kita, sesulit apa pun, dia akan kembali kepada kita, dan begitu juga sebaliknya. Maka yang Allah nilai dan lihat dalam setiap amalan dan usaha kita adalah sejauh mana ketundukan kita terhadap mengikuti syariat-Nya.

Untuk itu, kita selalu diperintahkan oleh Allah agar selalu bertawakal dalam setiap amal usaha yang kita lakukan. Dan usaha serta amalan itu haruslah yang betul-betul sesuai perintah Allah dan Rasulullah contohkan. Sedangkan soal hasil, kita serahkan kepada Allah. Allah berfirman,

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ﴿٥١﴾

“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah 9 : 51)

Jadi, seorang Muslim harus percaya dan yakin bahwa takdir Allah yang baik dan buruk itu adalah semuanya baik untuk manusia dan akan indah diujung kehidupan ini, terlebih akan berbuah manis diakhirat nanti. Isnya Allah.. Wallahu a’lam..

Oleh: Ustadz Abu Raihan
Load disqus comments

0 komentar